Mensesapi kopi itu menenangkan, bukan meresahkan.

Kopi itu ada dua varietas utama, Robusta Dan Arabica

Dan kedua varietas tersebut memiliki rasa yang rupa-rupa, Robusta dengan tipikal Manis-Kasar dan Arabica Yang Asam-Lembut. Selama ini sha mengamini bahwa Arabika itu adalah varietas yang paling enak, namun sha mendapati sebuah pelajaran berharga dari segelas kopi yang baru ku minum malam tadi. Pelajaran tentang arabica, tentang robusta dan tentang Indonesia.

Pelajaran kopi hari ini di persembahkan oleh abang-abang barista di Kedai Bakoel Mama, sebuah kedai kecil yang beralamat di Jalan Raya Perjuangan No.70, Jakarta Barat, tepat dibelakang MNC Studio (yang dulunya RCTI).



Sepulang dari seminar dan berkutat dengan macetnya jakarta di hari Jumat, kami berempat, Aku, Alma, Bagus dan Kak Citra sempat kebingungan menentukan tempat melepas lapar dan haus akibat logika kami yang terserap selama 6 jam tadi. Alma dengan permasalahan "Makan Sehat dan Dietnya" sementara Bagus dengan "Candu Kafeinnya" membuat Kak Citra mengeluarkan gagasan tentang kedai ini.

Pernah menemukan kedai dengan menu Diet di padukan kopi penuh cerita, sha bertaruh pasti belum pernah

Ya, kami nda salah membaca menu. Disini memang tersedia menu untuk diet walau ada juga makanan untuk mereka yang non diet. Tapi sha nda akan membahas tentang makanannya, karena disini justru sajian kopinya yang unik. Diantara menu-menu kafe pada umumnya yang menyediakan capuchinno, mochachinno, Machiatto dan segala hal yang dicampur susu, kedai ini memiliki keistimewaan dari sang baristanya yang mampu menawarkan kopi sesuai keadaan yang hendak meminumnya.


Di kedai ini tersedia robusta dan arabika dari berbagai macam daerah di Indonesia. Kami memang bebas memesan kopi apapun, tapi rekomendasi barista memang yang terbaik. Seperti malam ini, kami yang lelah dan penat dengan hiruk pikuk jakarta di hibur dengan rasa rekomendasi kopi yang diberikan, robusta Batu Lanteh dari Sumbawa.

Baca Segelas Mochachinno Dengan Pengetahuan Didalamnya

Alasan sang barista merekomendasikan kopi ini adalah karena kami butuh sesuatu yang ringan, untuk menyambut nyenyak setiba kami dirumah. Aroma kopi ini seperti rempah, bahkan ada citarasa jahe yang menenangkan kepala seketika tegukan demi tegukan masuk. Okei ini mungkin sedikit lebay, namun sha pernah ke sumbawa, mana kala sha meminum kopi ini sembari memejam mata, sha bisa merasakan sumbawa dengan debur ombak, angin, padang savana dan hijau dimana-mana.

Mensesapi kopi itu menenangkan, bukan menegangkan

Begitu kata sang barista, kopi tak melulu perihal robusta atau arabika karena kami selalu bisa menentukan kopi apa yang kami butuhkan untuk menikmati malam yang semakin larut semakin dingin.

Posting Komentar

7 Komentar

  1. Ngopi untuk memenuhi Gaya Hidup Malam Ini.

    BalasHapus
  2. Sha..Kopi sudah menjadi kehidupan sehari2...apalagi kalau diminum tidak sendirian..

    BalasHapus
  3. Kata orang sih Arabica enak. Begitu juga kata tetangga saya, seorang pengelola kedai kopi di Bogor. Ia selalu mengatakan dan mempromosikan bahwa Arabica itu enak sekali.

    Tapi, saya sendiri, entahlah.. saya justru merasa tidak nyaman kalau disuruh minum Arabica. Rasanya terlalu asam.

    Jujur saja, kopi yang saya suka bukan Arabica, tetapi bukan juga Robusta. Karena saya nggak tau isinya jenis kopi yang mana karena saya pecinta kopi sachetan.

    Memang nasib orang tak berkelas ya kayak gini nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kopi sacetan kebanyakan campuran antara arabika dan robusta kak. Justru kopi nda mengenal kelas. Yang bikin terlihat berkelas adalah dimana minumnya..kalau kakak minum kopi sacetannya di sebuah hotel berbintang lima, sambil pakai jas mahal, jam mahal, naik mobil mahal, maka kakak jauh lebih berkelas dari pada sha. hihi

      Hapus
    2. Saya kelas rumahan saja.. soalnya minumnya di rumah saja.. 😁😁

      Hapus