Ruang Hening Untuk Pikiran Yang Sibuk

Tulisan ini sudah lama menjadi bagian dari draft yang tak kunjung sha publikasikan, maka izinkan kesempatan ini sha menerbitkan tulisan yang sudah tertahan lebih dari 1 tahun. maafkan.

Seberapa sering kita terlalu sibuk dengan berbagai fikiran, stigma, atau hal-hal negatif?

Sha, sering. Namun itu dulu, manakala masih bekerja sebagai salah seorang content creator disalah satu perusahaan media masa terbesar di Indonesia.


Tanpa disadari pemikiran-pemikiran itu justru melucuti kesehatan sha dalam diam. Dalam kurun waktu tiga bulan, sha bisa keluar-masuk rumah sakit disela-sela kunjungan pekerjaan liputan atau pres-conference.

Dokter mendiagnosa dengan berbagai macam penyakit yang kita tidak bisa hapal namanya, namun semua pemicunya sederhana, terlalu banyak pikiran, dan lupa bagaimana hidup bahagia. Bodoh, memang!

Karena lelah dengan keluar masuk rumah sakit, sha kemudian resign dan memilih bekerja sebagai freelance untuk menekan stress berlebihan, dan pengalaman itu sha pernah tuang dalam sebuah tulisan berjudul pekerjaanku adalah seorang freelance.

Hidup bahagia adalah kunci untuk hidup lebih lama

Pertanyaan kemudian muncul, tentu, Apa yang membuat manusia bisa hidup lama? Banyak yang mengatakan pola hidup sehat adalah kunci, pasti, tidak merokok, banyak berolah raga, mengkonsumsi buah, sayur, dan menghindari alkohol adalah fakta yang tersaji di mana-mana, manakala kita mencari "tips hidup sehat".

Namun, ada satu hal yang terlupa, dan hal ini pernah di kutip dalam sebuah film The Matrix, yaitu fikiran kita yang menjadikan itu nyata.


Dengan pikiran yang sakit, tubuh kita akan merespon, berbagai macam penyakit akan mudah muncul, itu yang terjadi kepada sha.

Bagaimana caranya hidup bahagia? Itu pertanyaan bagus.

Susan Pinker, salah seorang pembicara dalam seminar TED pernah membicarakan, salah satu kunci hidup lebih lama, bisa jadi bersumber pada kehidupan sosial kita.

Susan Pinker and Secret Of Living Life Longer

Kehidupan sosial adalah tentang bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain, secara langsung. Ya, proses interaksi yang dikemukakan oleh Susan pada presentasi itu adalah bagaimana kita berhubungan dengan orang lain, melalui sebuah diskusi langsung, tatap muka, bukan hanya sekedar kepo dari sosial media dan melempar komen didalamnya, bukan.

Ketika sha bekerja sebagai freelance, sha lebih banyak bertemu orang-orang yang berfikiran terbuka tentang visi hidup yang lebih baik, orang-orang ini sering sha temui di beberapa lokasi coworking space di daerah jakarta selatan.

Mengingat lokasi ini lebih dekat dengan rumah sha di daerah pondok indah.

Gawai membuat kita justru "terkunci" dengan dunia maya, itu sebabnya disebut cell phone.

Kita sampai kepada bagian penting, jika berkehidupan sosial merupakan kunci untuk hidup lebih lama, berarti menggunakan media sosial menjadi salah satu cara terbaik untuk hidup sehat.

Faktanya justru berbalikan, sosial media menjadi salah satu sumber penyakit pikiran yang tidak kita sangka-sangka akan berujung kepada mudahnya kita menjadi tidak baik. Hal tersebut pernah sha tulis dalam artikel menyikapi terang, mencari tenang.


Dalam artikel tersebut kita bisa membayangkan betapa update sosial media yang dibuat oleh orang menjadikan kita gerah, tidak tenang, dan kesal.  Dengan mudahnya sosial media menunjukan keadaan yang tidak sebenarnya, memanipulasi pikiran, menjadikan kita bukan diri kita sesungguhnya.

Kita terkunci dalam dunia maya, yang menjadikan kita buta di temnpat yang semua orang bisa melihatnya.

Kita menjadi hening dengan pikiran yang sibuk berasumsi yang tidak-tidak.

Posting Komentar

0 Komentar