Krisis Sumber Daya Manusia yang Bermutu di Indonesia

Indonesia pernah menjadi macan asia, itu dulu.

Kak Alifia mulai dengan celotehnya disela-sela kopi dingin kami, sebuah siang dengan panas yang menyengat. Untungnya cafe ini menyediakan penyejuk udara, sehingga kami asik mempergunjingkan perkara hal-hal yang jarang di diskusikan orang-orang. Diskusi kami siang ini membahas tentang Sumber Daya Manusia, setelah beberapa waktu yang lalu sha menjadi "korban" atas kurang profesionalnya beberapa kru yang main melempar sauh kesalahan bertubi-tubi.

"Dek, kamu pernah denger ga dari abangmu tentang janji eyang Habibie pada Ibu Ainun?" ia mengembalikan fokusku yang sedang asik melihat orang lalu lalang di seberang jalan sana.

Aku menggeleng bingung

"haduh, itu padahal kutipan yang pernah abangmu sampaikan sewaktu pidato kelulusan sebagai sarjana terbaik" Mata berbinarnya menceritakan bahwa kak alifia tak pernah lupa kata-kata inspiratif itu. "Suatu hari, Indonesia pasti akan menjadi acuan untuk teknologi..menggantikan jerman dan negara eropa lainnya. Karena kita punya sumber daya yang luar biasa!" Ia memberatkan suaranya, meniru aksen abang dan berpidato dengan semangat berapi-api.

Sekelebat, sha kembali teringat abang yang memakai pakaian terbaik, toga sembari mengalungkan medali dan syal bertuliskan Lulusan Terbaik ITB 2005.

Indonesia memang kaya akan sumber daya, mulai dari alamnya hingga manusianya, menjadikan beberapa negara tetangga sempat bertandang dan menggali ilmu di nusantara. Abang pernah mengatakan hal serupa yang disampaikan kak alifia, bagaimana petronas belajar mengolah minyak bumi dari pertamina, atau India yang mengadaptasi sistem perkreta apian Indonesia, Burma yang meniru gaya bercocok tanam petani cianjur dan bali untuk sistem punden.


Kita pun punya teknologi untuk membuat sebuah konstruksi tahan beban pada tanah rawa, yang disebut konstruksi cakar ayam atau efisiensi sayap pesawat yang menjadikan pesawat mampu mengangkat beban lebih berat dari massa yang ia bawa.

Selain teknologi, kita punya beragam kebudayaan yang menjadikan para turis berbondong-bondong datang untuk mempelajari bagaimana bernyanyi dengan posisi terduduk namun mengeluarkan suara tinggi, atau bagaimana memainkan alat musik sembari bergoyang bersama nada salendro.

Sumber Daya di Indonesia tak pernah ditata dengan seksama

Tapi apa yang menjadikan Indonesia tak pernah berkembang dan tampak hanya berjalan ditempat atau bahkan tiarap? "Pengembangan SDM di Indonesia tak ditata secara seksama" begitu kata kak Alifia. Ya pengembangan SDM yang ada di Indonesia tampak tak berkembang secara nyata, walau sudah banyak Sarjana Ahli dibidangnya atau master-doktor dengan sejuta ide di kepala tak benar-benar menjadikan Sumber Daya Manusia di Indonesia berkembang secara seksama.

Ditambah kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki oleh manusia seperti kemalasan, menambah buruk Pengembangan SDM yang ada. Malas untuk membaca atau mengembangkan nalar dan logika menjadi sumbu meledaknya kebodohan dimana mana. Saling tuding, saling menjatuhkan, saling mencuri walau mereka yang dinistakan adalah saudara sendiri.

Indonesia berada pada titik Krisis stadium 4, yang menempatkan kita semakin terpuruk pada kehancuran, Jika abang pernah berkata "Kita ini terlalu terpaku pada kebudayaan dan metode dari luar, itu yang menjadikan kita lupa bahwa kita Indonesia". Krisis Sumber Daya Manusia yang dialami Indonesia ini seperti mengulang era penjajahan, dimana kita pribumi yang punya tanah dan air namun tidak bisa mengolah dan akhirnya dimanfaatkan oleh Negara Asing. Apakah ini salah pemerintah? Jahat jika sha bilang demikian, karena pemerintah dasarnya dari kita juga, Rakyat Biasa.

Kita kekurangan manusia yang mau peduli terhadap negeri sendiri dan membiarkan semuanya terjadi. Hingga beberapa diantaranya sibuk menyalahkan satu sama lain, bukannya saling membantu untuk memperbaiki keadaan. Sikap ini lah menurut Kak Alifia disayangkan karena dimiliki oleh sebagian besar manusia, "Andai setiap orang paham apa itu Bhineka Tunggal Ika atau prinsip Ing Ngarsa Sing Thaulada, Ing Madya Mangun Kharsa, kakak yakin Indonesia akan tetap menjadi macan asia"

- Sebuah catatan yang tidak akan menemukan titik

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Saya pikir tidak demikian. SDM Indonesia berkualitas sampai sekarang masih banyak di negeri ini.

    Sayangnya, kebanyakan dari mereka tidak berani mengambil resiko dan mau menjadi leader bagi yang lain. Mayoritas ingin hanya hidup tenang dan stabil padahal negara ini butuh leader yang kompeten dan jujur. Bukan mereka yang hanya pintar bicara saja.

    Itulah mengapa negara ini sepertinya tidak maju. Indonesia tidak mundur, dan tetap maju, sayangnya negara yang lain majunya lebih cepat sehingga kita tertinggal banyak.

    Mengapa mereka bisa bergerak cepat? Karena disana banyak leader yang mau membantu mendorong dan menarik masyarakat dan mau capek.

    Mentalitas bangsa Indonesia lah yang membuatnya tidak bisa bergerak maju dengan cepat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. komentar terbaik, terima kasih kak untuk share nya 😊

      Hapus