Menyikapi Terang Mencari Tenang

Apakah kalian rasa yang sama, setelah pemilu usai, bukan tenang yang kita rasakan. Namun semakin kentalnya suasana dan hingar bingar yang membuat hidup ini kian tidak tenang.


Sosial media serasa begitu terang dengan api emosi yang di percikan sejumlah kecil akun-akun pribadi dan anonimus yang semuanya menjadi api-api besar, menyalak-nyalak, mencari kayu atau benda-benda apapun yang mudah tersulut, terbakar, berakhir menjadi abu.

Mencari tenang, walau menyilaukan

Memang sulit, itulah sebabnya sha nda muncul di sosial media beberapa waktu belakang ini. Bahkan sha hingga mencari cara agar whatsapp tidak terlihat online. Bukan, sha hanya hawatir akan memecah belah bersahabatan, mencoba menghindari berbagai pesan singkat yang teman-teman kirimkan.

Pesan-pesan yang berisi hasutan tentang apapun, yang bisa membuat siapapun yang membacanya begitu geram terhadap isi yang didalamnya.

Sepertinya kita tidak bisa menyikapi bijak dalam menggunakan media sosial, beberapa waktu yang lalu pun sha pernah menuliskan media sosial yang isinya menjadi ajang penghakiman. Dimana masing-masing merasa benar, dan menyingkirkan sisi humanis yang menjadi dasar moral budaya asia tenggara, berbudi luhur.

Kini api-api itu masih menunggu, belum padam, mencari lahapan-lahapan kayu-kayu kering yang di lemparkan ke arahnya, entah sampai kapan.

Posting Komentar

0 Komentar