Mensesapi Perbedaan Dalam Secangir Kopi

Kalian tau, kopi itu ada 2 jenis varietas utama..ada robusta dengan sensasi pekat manisnya dan arabika dengan sensasi asam glommy. Banyak dari kawan-kawan sha yang suka kopi selalu menyatakan bahwa yang suka robusta itu hanya untuk orang-orang dengan keterbatasan dalam menikmati sensasi kopi.

Namun anekdot ini justru bertolak belakang dengan apa yang disampaikan oleh abang-abang pembuat kopi dari toraja hingga ke semenanjung layar makassar. Coba deh kalian mampir sejenak di dua atau tiga kedai kopi yang tersebar luas disini, kalian pasti akan suka bermain tebak rasa dan aroma bareng si abang barista yang masih muda-muda.

Baca : Segelas Mocachinno Dengan Pengetahuan Didalamnya

Kopi di sulawesi tak melulu soal Kalosi atau Uluway, karena disini dua varietas akan dicampurkan menjadi satu cita rasa yang istimewa, mengeluarkan pribadi utama sang barista dan menanaman karakter kedai kopinya. Pencampuran dua varietas ini untuk mendapati Rasa asam yang pas dari Arabica dan boldy yang cantik dari robusta.

Kopi itu adalah ungkapan surat cinta sang barista. Wajar lah jika sang barista membuat kopinya dengan berbagai metode atau cara, dengan begitu kita belajar mencintai kopi tanpa harus dipaksa menenggak Arabika yang asam pahit atau Robusta yang Manis Legit, bukan begitu? Selamat menikmati segelas cinta yang tulus.


Posting Komentar

9 Komentar

  1. Terus terang... saya ga tahu beda kopi.. kopi ya kopi saja.. maklum lah fans kopi sachetan. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. justru memang "kopi ya kopi saja" kak, Ia hitam dan pahit/asam. Manis kalau dikasi gula, berwarna lebih coklat ketika ditambahkan susu. Sama seperti manusia, hakikatnya kita satu, yaitu diciptakan oleh tuhan YME. Perkara warna kulit, jenis rambut, tinggi, cantik, tampan dsb itu bonus yang diberikan tuhan agar kita memahami keberagaman. Bukan begitu? 😇😇

      Hapus
    2. Entah lah.. Terlalu berat buat saya berpikir demikian..:D :D

      sebagai orang yang tidak tahu kopi, saya hanya terbiasa menerima apa yang diberikan/disuguhkan kepada saya dan menikmatinya. Tidak akan mempermasalahkan seperti apa bentuk kopinya, rasanya seperti apa, warnanya seperti apa. Selama memberikan rasa yang enak di "lidah", maka tidak ada masalah untuk saya.

      :D :D Jangan jangan dikau jurusan filsafat waktu kuliah ya... heuheuheu.. berpikirnya berat sekali

      Hapus
    3. hihi, nda juga kak. Sha jurusan DKV waktu kuliah. Oleh sebab itu sha setuju dengan pendapat kakak bahwa "kopi ya kopi saja", selama memberikan rasa enak di "lidah" maka kita tidak akan mempermasalahkan. Kembali ke diri kita 😇

      Hapus
  2. Kopi hitam kental dgn sedikit gula, itu yg paling saya suka. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Besar kemungkinan kakak orang yang sabar, jika begitu. 😋

      Hapus
    2. hehe iya kah? semoga saja seperti itu. :D

      Hapus
  3. salam kenal mbk sya...
    mw hubungin lewat kontak ternyata blm ada link nya... :)
    baca2 blog sekilas.. ada iklan di atas..
    hm.. kalau boleh kasih saran iklan jgn diletakan disana mbk sya.. bentrok sm navigasi atas... sayang klu nanti kena disable karen masuk kategori "klik tidak sengaja"

    saran sya letakan iklan di header, sidebar atau di dalam artikel..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi kak kangmasian. Terima kasih sudah berkunjung ke blog sha. Wah boleh kak, sha terima masukannya. Soalnya itu bawaan template, nanti sha coba rombak biar nda ada dibagian itu. 😊

      Hapus