Kita dan Titik Nadir Bhineka Tunggal Ika

Tujuh puluh tiga tahun, Indonesia mendeklarasikan sebagai bangsa yang bebas dari segala bentuk penindasan dan penjajahan. Tapi kemerdekaan sepertinya masih jauh dari harapan pendiri-pendiri bangsa yang kaya akan pemikiran kenegaraan. Nyatanya, kini bangsa yang mendeklarasikan dirinya sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedang berada di titik nadir bhineka tunggal ika.

"Netizen Indonesia itu sedang memecah dada garuda yang berlindung dengan tameng Pancasila" Kak alifia memutar gelasnya, Aku sampai hapal betul, kalau kakak cantik ini sedang serius, ia pasti memainkan benda-benda di sekitar, seolah itu adalah perwujudan apa yang ada didalam benaknya, dan berputar begitu hebat.


"Kita sedang memecah dada garuda, dan itu terjadi dari dalam tubuh. Semua hanya karena hal sepele" menurut abang, Iya abang sha tepat duduk berhadapan dengan Kak Alifia, perempuan yang pernah dan mungkin masih ia cintai, oh maaf, mereka masih saling cinta lebih tepatnya menurur sha.

Pancasila adalah dasar ideologi bangsa kita

"Apa salahnya dengan menegakan pancasila untuk kehidupan berbangsa dan bernegara, toh itu merupakan dasar negara kita" Kak Alifia mulai memandang mata abang, tajam. Seperti siap melepaskan busur panah.

"Tidak salah, tapi kenyataanya tidak semua orang paham pancasila seutuhnya!" Abang mulai menaikan nada, bersiap seolah ada sesuatu yang hendak menusuknya dari dalam mata bulat itu.

Hal sepele yang abang sebutkan adalah tentang kita yang lupa bahwa Pancasila merupakan Ideologi bangsa dan tidak semua bisa paham maksud didalamnya. Maksud kenapa tiap silanya harus berbunyi demikian. Buah pemikiran jenius Ir. Soekarno, yang bukan seorang militer, tapi seorang filsuf dengan pengetahuan keagamaan yang mendalam, terlepas dari banyak isue yang menyebutkan bahwa Ia merupakan Komunis atau semacamnya, entahlah.

Sepanjang siang itu, aku mendengar dua kepribadian dari dua agama yang begitu kuat, kak Alifia yang memang seorang anak kyai terkemuka di jawa barat dan abang, yang hatam dengan teologi serta penafsiran injil selama sekolah di SMA. Mereka mendebatkan tentang arti ketuhanan yang aku simpulkan, mereka paham bahwa tuhan itu satu, hanya saja mereka berpegang teguh pada pendiriannya masing-masing.

Dan di hadapanku adalah cerminan kecil terhadap apa yang terjadi pada bangsa ini, masing-masing memegang teguh apa yang mereka percaya benar, sedangkan yang lain salah. Dan disitulah sila kedua pancasila bermain serta "Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab".  Kita lupa bagaimana berlaku adil terhadap sesama, kendatipun tuhan kita berbeda. Manusia masih memiliki adab yang menentukan siapa dirinya di mata tuhan, bukan menyatakan dirinya di mata tuhan.

"Kita tidak berhak menyatakan benar atau salah, Frans. Tapi masyarakat kita yang menyatakan bahwa hubungan kita adalah sebuah kesalahan" Mata kak alifia tak lagi hendak melepaskan busur pertanyaan, dia paham, berdebat dengan abang tidak akan menang. Begitupun abang, ia tidak mau melukai hati kinasihnya yang ia cintai. Tapi mau di kata apa, Persatuan Indonesia masih belum bisa menerima keragaman budaya, terutama agama didalamnya, dan mereka hanya salah satu korban.

Kedua orang kekasih ini terjebak diantara titik nadir bhineka tunggal ika. Aku, hanya mampu berdoa, berharap dua manusia di hadapanku bisa bersatu, walau berlandaskan cinta, tanpa perlu memandang kasta atau agama.

Dirgahayu Indonesia ku, engkau layak menerima lebih banyak dari rakyatmu, bukan di pecah belah oleh kebodohan.

Sebuah catatan random, tidak perlu di hiraukan apa makna di dalamnya.

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Merdeka hidup Indonesia tercinta...Beda budaya tak membuat kami berbeda...Merdekaaa!!..😄😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Merdeka atau tidak mencinta siapa siapa ya kak😅

      Hapus
  2. Bagi saya.. Bhinneka Tunggal Ika itu tegak dan berdiri ketika manusianya mau berbicara tanpa mengatakan agama apa yang dianutnya dan apa yang diyakininya. Biarlah itu urusan antara penganut dan Tuhannya saja.

    Ketika berbicara dalam tentang Bhinneka Tunggal Ika, tetapi bahkan sulit untuk menyatukan dua orang yang mencinta, meski berbeda agama, lalu untuk apa bicara Bhinneka Tunggal Ika.

    Berbicara tentang keberagaman dan berpandangan bahwa masyarakat tidak terdidik dengan Pancasila, tetapi masih khawatir tentang bagaimana pandangan masyarakat terhadap sebuah hubungan.

    Jalani, dobrak temboknya, dan kemudian berjalan sesuai dengan apa yang diyakini. Tuhan tidak tidur dan DIA tentunya tahu dengan pasti karena DIA lah yang menciptakan keberagaman itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sha selalu suka cara kak anton mengomentari setiap postingan sha. Terima kasih untuk pemikiran terbuka nya kak, semoga menjadi buah koreksi bagi siapapun yang selalu mengatas namakan agama tapi tidak mencerminkan nilai nilai sesungguhnya dari makna Ketuhanan.😊

      Hapus