Indonesia dan Berita Sebatas Opini

Kami tertawa lepas, entah sudah berapa bulan aku dan kak alifia tak berjumpa. Rasanya begitu lama, sangat lama, hingga masing-masing dari kami enggan menghabiskan cepat-cepat gelas kopi yang mungkin sudah tak dingin lagi.

"Gimana mbak tidak geram dek, masa iya masyarakat kita masih bisa dibodohi hanya karena perkara telur di palsukan oleh plastik" ia menyeka air di pelipis, girang sekali.

Iya, lagi-lagi bahasan kami nda seperti perempuan pada umumnya. Dimana mungkin perempuan seusia kak alifia membahas model rambut, sesuatu yang di suka, atau tentang laki-laki idamannya yang mulai tak setia.

"Beli handphone yang terbaru sanggup, tapi cari info soal membedakan telur bagus dan telur busuk aja tidak bisa" kak alifia kembali mengambil tisue untuk menyeka pipi.

Ya, kalau di perhatikan memang sungguh miris masyarakat kita yang rata-rata pernah mengenyam pendidikan wajib 6 tahun tapi masih nda percaya bahwa tuhan menciptakan sesuatu dengan sempurna, termasuk telur ayam.

Maraknya berita tentang telur palsu ini berawal dari sebaran-sebaran artikel di grup chatting, yang akhirnya menimbulkan opini meresahkan di tengah masyarakat. Penyebaran berita-berita yang nda berlandaskan fakta ini menjadi salah satu cara ampuh bagi terorisme era digital untuk menciptakan kekacauan.

"Cangkang telur itu terbuat dari kutikula, senyawa yang mirip dengan kuku manusia dan itu hanya bisa diciptakan dari rekayasa protein dalam tubuh ayam dalam waktu 26 jam" Kak Alifia menjawab pertanyaan ku tentang cangkang telur "Jadi untuk menciptakan cangkang pembungkus yang getas itu, butuh mesin yang canggih yang hanya bisa dibuat tuhan, yaitu tubuh ayam" tungkasnya.


Berita-berita yang sebatas opini dengan menyadur "katanya" atau "menurut pakar kesehatan" dan kutipan apapun yang datang ke genggaman kita melalui layar telepon seukuran 5,5inci memang sebaiknya di cerna baik-baik, nda langsung di share ke semua kontak yang ada.

"Kak alifia, lalu bagaimana sih biar kita nda termakan berita hoax yang sebatas opini tersebut?" sha mulai bertanya serius.

"Biasanya sebuah berita hoax sangat jarang mengungkapkan data yang jelas sumbernya. Ini salah satu kelemahan yang sering dimanfaatkan oleh pembuat berita, karena rata-rata orang Indonesia jika disajikan data atau angka pasti akan bosan. Itu sebabnya banyak penduduk kita yang tidak suka matematika, fisika dan kimia" Ia tersenyum manis "Tugas kita adalah mencari data tersebut, sekarang ini mudah kok mencari sesuatu dan pastikan mencarinya ke situs yang datanya valid ya, jangan ke situs yang isinya bahan gosipan lambe turah" lanjutnya.

"Atau jika ini berkaitan dengan hal-hal diluar nalar kita, seperti kasus telur palsu ini. Kita bisa kok bertanya pada dokter kenalan kita atau dokter yang ada di fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau klinik. Setidaknya mereka pernah belajar tentang ini semasa kuliah, jadi informasinya sudah pasti valid. Kalau tidak valid, bagaimana mungkin mereka berani disumpah jadi dokter?" Ia pun menyeruput green tea latte nya hingga habis.

Posting Komentar

0 Komentar